MAKALAH "SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AKHLAK" Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

MAKALAH
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AKHLAK

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Dosen Pembimbing : Drs.H.M.Soleh,M.Pd.I


 













Disusun oleh :
Kelompok 4

1.      Ali Yasir
2.      Dwi Wulan Ngarofah Akbar
3.      Praptiningsih Rahayu


Kelas/semester : Ekonomi Syari’ah – Ahwal Al Syakhsiyyah / I
Fakultas Syari’ah



INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
(IAINU) KEBUMEN TAHUN 2014
Jl.Tentara Pelajar No. 55 B Kebumen 54312
►► Telp/Fax : (0287) 385902
►► website : www.iainukebumen.ac.id


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah atas setiap kenikmatan yang Dia berikan tanpa terkecuali bagi setiap mahluk di muka bumi ini baik bagi mereka yang dengan teguh menjalankan perintah-Nya ataupun yang masih nyaman dengan kemaksiaatan yang dijalankannya karena sifat Allah yang Maha Rahman. Dan dengan hidayah serta kasih sayang-Nya juga tidak lupa dibarengi dengan usaha dan doa, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang kini telah hadir di hadapan pembaca semua. Salawat dan salam kami sampaikan untuk Rasulullah Muhammad SAW, sang pembawa kebenaran serta suri tauladan bagi seluruh umat manusia untuk berhijrah dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Selanjutnya, kepada Bapak Dosen  yang kami hormati dan Sahabat/i seperjuangan yang kami sayangi. Kami mengucapkan terima kasih karena telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah  yang kini telah hadir di hadapan Sahabt/i semua. Selain untuk memenuhi tugas yang diberikan Dosen, penyusunan makalah ini juga adalah sebagai bentuk kerja sama kami dengan Sahabat/i semua khususnya Fakultas Syariah dalam usaha mempelajari mata kuliah Akhlak Tasawuf agar lebih mudah difahami sehingga kita semua nantinya mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian kata pengantar dari kami,namun dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa kami hanyalah mahluk Allah yang penuh dengan kekurangan. Untuk itu apabila dalam penulisan makalah ini apabila terdapat kata-kata baik dari segi isinya, bahasa, analisis dan lain sebagainya terdapat banyak kekurangan kami mohon maaf serta kami mengharap saran dan kritik dari pembaca semua diiringi ucapan terima kasih.
Wassalam’alaikum Wr.Wb.







PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Membahas tentang akhlak, tidak pernah lepas dari tingkah laku manusia. Karena akhlak sudah ada sejak manusia itu dilahirkan. Mulai dari manusia yang pertama kali yaitu Nabi Adam as sampai sekarang ini. Ilmu Akhlak adalah ilmu yang membahas tentang tingkah laku manusia untuk dinilai apakah perbuatan tersebut tergolong baik, mulia, terpuji, atau sebaliknya, yakni buruk, hina dan tercela. Selain itu dalam ilmu ini dibahas pula ukuran kebahagiaan, keutamaan, kebijaksanaan, keindahan dan keadilan. Akhlak juga merupakan pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya, karena manusia tanpa akhlak akan kehilangan derajatnya sebagai makhluk Allah yang paling mulia.
Karena akhlak sudah ada sejak manusia pertama kali diciptakan, tentu akhlak memiliki sejarah yang luar biasa, mulai dari akhlak sebelum islam dan setelah datangnya islam serta akhlak di luar islam.. Untuk itu pada kesempatan ini kami akan membahasnya dalam makalah kami yang berjudul “Sejarah Perkembangan Akhlak”. Semoga apa yang kami sajikan sedikit bisa membantu menambah pemahaman sahabt/i semua dalam memahami Ilmu Akhlak.

B.     RUMUSAN MASALAH
Agar topik pembahasan dalam makalah ini tidak keluar dari jalur yang diharapkan, maka kami akan membatasi masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalh ini yaitu meliputi :
1.      Bagaiman Perkembangan Ilmu Akhlak Diluar Agama Islam ?
2.      Bagaiman Perkembangan Ilmu Akhlak Setelah Datangnya Islam ?
3.      Bagaiman Perkembangan Ilmu Akhlak Pada Zaman Baru ?

C.    TUJUAN PENULISAN 
Selain untuk memenuhi  tugas yang diberikan Dosen, tujuan penulisan makalah ini juga tidak lain adalah untuk menjelaskan tentang bagaimana perkembangan sejarah akhlak yang telah berkembang selama ini agar lebih mudah dipahami oleh kami dan sahabt/i semua khususnya Fakultas Syariah IAINU Kebumen.





BAB I
PEMBAHASAN

A.    ILMU AKHLAK DI LUAR AGAMA ISLAM
1.      Perkembngan Akhlak Pada Zaman Yunani
Pertumbuhan dan perkembangan ilmu akhlak pada Bangsa Yunani baru terjadi setelah munculnya apa yang disebut Sophisticiant, yaitu orang-orang yang bijaksana (500 – 450 SM). Sebelum itu para filsuf  Yunani Kuno tidak banyak membincangkan mengenai akhlak karena perhatiannya tercurah pada penyelidikan mengenai alam.
Dasar yang digunakan para pemikir Yunani dalam membangun ilmu akhlak adalah pemikiran filsafat tentang manusia, atau pemikiran tentang manusia.akhlak yang mereka bangun lebih brsifat filosofis, yaitu filsafat yang bertumpu pada kajian secara mendalam terhadap potensi kejiwaan yang terdapat dalam diri manusia atau bersifat antroposentris,dan mengesankan bahwa masalah akhlak adalah sesuatu yang fitri, yang akan ada dengan adanya manusia itu sendiri, dan hasil yang didapat adalah ilmu akhlak yang berdasar pada logika murni. Karena manusia secara fitrah telah dibekali dengan potensi bertuhan, beragama dan cenderung pada kebaikan, disamping juga memiliki kecenderungan pada keburukan.
Pandangan dan pemikiran yang dikemukakan para filosof Yunani secara redaksional berbeda-beda, tetapi substansi dan tujuannya sama yaitu menyiapkan angkatan muda Yunani agar menjadi nasionalis yang baik lagi merdeka dan mengetahui kewajiban mereka terhadap tanah airnya.
Para tokoh filosofi Yunani yang mengemukakan tentang akhlak diantaranya adalah :
·         Socrates (469-399 SM)
Socrates dipandang sebagai perintis Ilmu Akhlak Yunani yang pertama karena ia yang pertama kali bersungguh-sungguh membentuk pola hubungan antarmanusia dengan dasar ilmu pengetahuan. Dia berpendapat bahwa akhlak dan bentuk pola hubungan itu tidak akan menjadi benar kecuali bila didasarkan pada ilmu pengetahuan, sehingga berpendapat bahwa keutamaan atau akhlak itu adalah ilmu.
Namun demikian, ia tidak mengemukakan tentang tujuan akhir akhlak, atau ukuran yang dipergunakan untuk menilai suatu perbuatan apakah baik atau buruk. Akibatnya, maka bermunculan berbagai golongan yang menyatakan tentang akhlak, walaupun sama-sama disandarkan pada Socrates.
·         Cynics  dan  Cyrenics
Cynics dan Cyrenics adalah pengikut Socrates, tetapi ajaran keduanya bertolak belakang. Kelompok Cynics dibangun oleh Antisthenes yang hidup pada tahun 444-370 SM  yang menyatakan bahwa Tuhan dibersihkan dari segala kebutuhan, dan sebaik-baik manusia adalah yang memiliki perangai ketuhanan. Dengan akhlak ketuhanan ini, seseorang berusaha meminimalisasi kebutuhan terhadap dunia, rela menerima apa adanya, suka menanggung penderitaan, tidak suka akn kemewahan, menjauhi klezatan,dan tidak peduli dengan cercaan orang lain, yang penting dia dapat memelihara akhlak yang mulia. Pemimpin golongan Cynics yang terkenal adalah Diogenes (323 SM).
Adapun golongan Cyrenics dipimpin oleh Aristippus (435-356 SM) menyatakan bahwa mencari kelezatan dan menjauhi kepedihan adalah satu-satunya tujuan hidup yang benar. Perbuatan dinilai utama apabila lebih banyak mendatangkan kelezatan daripada kepedihan.
·         Plato (427-347 SM)
Plato adalah filosof Athena dan murid dari Socrates. Pandangan Plato mengenai akhlak didasarkan pada teori “model”(paradigma) yang menyatakan bahwa dibalik alam ini ada alam rohani (alam ideal)sebagai contoh bagi alam konkret.  Keterkaitan antara alam ideal dengan alam konkret dijelaskan melalui materi akhlak dengan contoh keterkaitannya yang terdapat pada kebaikan, yaitu arti mutlak, azali, kekal, dan sempurna. Manusia yang dekat dengan kebaikan akan memperoleh cahaya dan lebih dekat pada kesempurnaan.
·         Aristoteles (394-322 SM)
Aristoteles adalah murid Plato yang membangun suatu paham khas . pengikutnya diberi nama “paripatetics” karena Sorates memberi pelajaran sambil berjalan atau karena ia memberikan pelajaran di tempat-tempat teduh. Diantara pendapatnya tentanf akhlak adalah sebagai berikut :
1.      Tujuan akhir yang dikehendaki manusia dalam semua tindakannya adalah “bahagia”.
2.       Jalan mencapai kebahagiaan adalah  mempergunakan akal dengan sebaik-baiknya.
3.      Sebagaimana Plato, Aristoteles juga dikenal sebagai pembawa teori pertengahan. Menurutnya, keutamaan itu terletak ditengah-tengah antara dua keburukan. Misalnya, dermawan adalah tengah-tengah antara boros dan kikir, keberanian adalah tengah-tengah antara membabi buta dan takut serta lain sebagainya.
·         Stoics dan Epicurics
Keduanya berbeda pendapat dalam mengemukakan pandangannya tentang kebaikan. Stoics berpendirian sebagaimana paham Synics, dimana ajaranya diberi nama Stoisisme yang menyatakan bahwa tujuan hidup manusia adalah menjalani segala sesuatu yang bisa dijalani secara rasional dimana kesengsaraan dan kebahagiaan datang dan pergi sehingga kita tidak perlu melekat pada salh satu diantaranya. Ajaran ini banyak diikuti ahli filsafat Yunani dan Romawi kuno, dan diantara para pengikutnya yang termasyhur diantaranya adalah Seneca (6-65 M), Epictetus (60-140 M) dan Kaisar Marcus Aerelius (121-180 M).
Adapun kelompok Epicurics mendasarkan pelajarannya pada paham kelompok Cyrenics yang menitikberatkan pada etika yang akan memberikan ketenangan batin. Diantara ajaran-ajarannya adalah :
1.      Manusia tidak akan tenang karena takut pada dewa-dewa, dan takut pada kematian dan nasib.
2.      Manusia tidak perlu takut karena dewa-dewa yang menikmati kebahagiaan yang kekal tidak mengganggu.
3.      Mati juga tidak perlu ditakuti karena mati berarti tidak menderita.
4.      Nasib manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri. kalau manusia itu mempunyai ketenagan batin, maka dapat mencapai tujuan hidupnya.
5.      Tujuan hidup manusia adlah hedone (kenikmatan,kepuasan). Ketenangan batin diperoleh dengan memuaskan keinginan, semakin sedikit keinginan maka akn semakin tenang.  Sehingga manusia harus bisa memilih keinginan yang dapat memberikan kepuasan mendalam.
Keseluruhan ajaran akhlak yang dikemukakan para pemikir Yunani tersebut tampak rasionalistik. Penetapan baik dan buruk didasarkan pada akal pikiran yang sehat. Karenanya tidak salah kalau ajaran akhlak yang dikemukakan oleh pemikir Yunani tersebut bersifat antropocentris (memusat pada manusia) dan yang demikian itu dapat diikuti selama tidak bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunah.

2.      Perkembangan Akhlak Pada Agama Nasrani
Pada akhir abad ketiga Masehi, tersiarlah agama Nasrani di Eropa. Agama itu telah berhasil mempengaruhi pemikiran manusia dan membawa pokok-pokok ajaran akhlak yang tercantum dalam kitab Taurat dan Injil. Agama itu memberi pelajaran kepada manusia bahwa Tuhan merupakan sumber segala akhlak. Tuhan yang memberi dan menentukan segala bentuk patokan-patokan akhlak yang harus dipelihara dan dilaksanakan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Tuhanlah yang menjelaskan arti baik dan buruk. Baik dalam arti sebenarnya adalah kerelaan Tuhan dan melaksanakan perintah-perintah-Nya.
Ajaran akhlak pada agama Nasrani ini bersifat Teo-centri(memusat pada Tuhan) dan sufistik (bercorak batin). Ajaran akhlak agama Nasrani yang dibawa oleh para pendeta sejalan dengan ajaran Yunani dari aliran Stoics dalam persoalan baik dan buruk, sehingga kedudukan para pendeta sama dengan kedudukan para ahli filsafat di Yunani. Menurut ahli filsafat Yunani pendorong untuk melakukan perbuatan baik ialah pengetahuan dan kebijaksanaan, sedangkan menurut agama Nasrani pendorong berbuat kebaikan adalah cinta dan iman kepada Tuhan berdasarkan petunjuk kitab Taurat.
Agama Nasrani mendorong manusia bersungguh-sungguh mwnsucikan diri, baik pikiran maupun perbuatannya. Agama adalah roh yang mengendalikan badan dan syahwat. Oleh karena itu sebagian pengikut agama ini menelantarkan badan, menghindari dunia, suka hidup zuhud dan ibadah dalam kesendirian.

3.      Akhlak Pada Bangsa Romawi (Abad Pertengahan)
Kehidupan masyarakat Eropa pada abad pertengahan dikuasai oleh gereja, dan pada masa itu gereja berusaha memerangi filsafatYunani serta menentang penyiaran ilmu serta kebudayaan kuno.gereja berkeyakinan bahwa kenyataan “hakikat” telah diterima oleh wahyu, dan apa yang diperintahkan oleh wahyu tentu benar apa adanya. Oleh karena itu tidak ada artinya lagi penggunaan akal pikiran untuk kegiatan penelitian. Menggunakan filsafat diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan doktrin yang dikeluarkan oleh gereja. Namun demikian, sebagian dari kalangan gereja ada yang mempergunakan pemikiran Plato, Aristoteles dan Stoics untuk memperkuat ajaran geeja dan mencocokkannya dengan akal. Adapun filsafat yang menentang ajaran Nasrani dibuang jauh-jauh.
Dengan demikian ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad pertengahanadalah ajaran ahlak yang dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan Nasrani. Diantaranya yang termasyhur adalah Abelard (1079-1142) seorang ahli filsafat Perancis, dan Thomas Aquinas (1226-1274) seorang ahli filsafat agama berkebangsaan Italia.

4.      Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Isalam
Bangsa Arab pada zaman jahiliyah tidak mempunyai ahli fisafat yang mengajak kepada aliran paham tertentu sebagaimana Bangsa Yunani dan Romawi.hal ini terjadi karena penyelidikan terhadap ilmu hanya terjadi kepada bangsa yang sudah maju pengetahuannya. Sekalipun demikian, Bangsa Arab pada waktu itu mempunyai ahli-ahli hikmah dan syair-syair yang mengandung nilai-nlai akhlak, seperti Lukman Al-hakim, Aktsam bin Saifi, Zuhair bin Abi Sulma, dan Hatim At-Tha’i.
Dapat dipahami bahwa bangsa Arab sebelum islam telah memiliki kadar pemikiran yang minimal pada bidang akhlak, pengetahuan tentang berbagai macam keutamaan dan mengerjakannya, walaupun nilai yang tercetus lewat syair-syairnya belum sebanding dengan kata-kata hikmah yang diucapkan para filsafat Yunani Kuno.

B.     ILMU AKHLAK PADA AGAMA ISLAM
Ajaran akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama Isalm dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan akal manusia.  Agama Islam pada intinya mengajak manusia agar percaya  kepada Tuhan dan mengakui bahwa Dialah Pencipta, Pemilik, Pemelihara, Pelindung, Pemberi Rahmat, Pengasih dan Penyayang terhadap segala mkhluk. Segala apa yang ada di dunia ini, baik dari gejala yang bermacam-macam dan makhluk yang beraneka warna sampai kepada perkara langit dan bumi kesemuanya adalah milik Tuhan dan diatur oleh-Nya.
Ajaran Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna dan memuat ajaran yang menuntun umat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan yang kesemuanya itu terkandung dalam Al-Quran yang diturunkan Allah dan ajaran Sunnah yand didatangkan dari Nabi Muhammad SAW. Al-Quran merupakan sumber utama dan mata air yang memancarkan ajaran Isalm. Hukum-hukum Islam yang mengandung serangkaian pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok akhlak dan perbuatan dapat dijumpai sumber yang aslinya di dalam Al-Quran. Allah SWT berfirman :
·         Dalam QS An-Nahl (16) ayat 90 :
Artinya : “sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajkan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang melakukan perbuatan keji, kemunkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
·         Dalam QS An-Nahl (16) ayat 97 :
Artinya : “barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami berikan balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. “
·         QS Al-Qasas (28) ayat 77 :
“.....dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”

Ayat-ayat tersebut memberikan petunjuk dengan jelas bahwa Al-quran sangat memperhatikan masalah pembinaan akhlak dan sekaligus menunjukkan macam-macam perbuatan yang menunjukkan Akhlak yang mulia seperti keadilan, berbuat kebajikan dan memberi makan kepada kaum kerabat serta masih banyak yang lainnya lagi.
Apa yang diperintahkan Tuhan tersebut, kemudian dilaksanakan oleh manusia yang akibatnya nanti adalah untuk mendapatkan keuntungan bagi manusia itu sendiri baik di dunia maupun di akhirat.
Selain berisi perintah, Al-Quran juga mengandung larangan seperti berbuat syirik, derhaka kepada orang tua, mencuri, berzina, minum minuman keras dan sebagainya, yang kesemuanya itu ditujukkan untuk kebaikan dan keselamata manusia. Siapa yang menjauhi perbuatan tersebut akan terbebas dari kesesatan dan kesengsaraan dan siapa yang mengerjakannya akan mengalami akibatnya baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam Islam tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah guru terbesar dalam bidang akhlak. Bahkan, keterutusannya di muka bumi adalah untuk menyempurnakan akhlak. Akan tetapi tokoh yang pertama kali menggagas ilmu akhlak dalam Islam masih terus diperbincangkan. Berikut ini akan dikemukakan beberapa teori :
Pertama, tokoh yang pertama kali menggagas ilmu akhlak adalah Ali bin Abi Thalib. Berdasarkan sebuah risalah yang ditulisnya untuk putranya Al-Hasan, setelah kepulangannya dari perang Shiffin.
Kedua, tokoh Islam yang pertama kali menulis ilmu akhlak adalah Isma’il bin Mahram Abu An-Nashr As-Saukani, ulama abad ke-2 H. Ia menulis kitab Al Mu’min wa Al-Fajir, kitab akhlak yang pertama kali dikenal dalam islam. Selain itu, dikenal tokoh-tokoh akhlak walaupun mereka tidak menulis tentangnya, seperti Abu Dzar Al-Ghifari, ‘Ammar bin Yasir, Nauval Al-Bakkali dan Muhammad bin Abu Bakr.
Ketiga, pada abad ke-3 H, Ja’far bin Ahmad Al-Qummi menulis kitab Al-Mani’at min Dukhul Al-Jannah. Tokoh lainnya yang secara khusus berbicara tentang akhlak adalah :
1.      Ar-Razi (250-313 H) walaupun masih ada filsuf lain, Al-Kindi dan Ibnu Sina. Ar-Razi telah menulis karya dalam bidang akhlak berjudul Ath-Thibb Ar-Ruhani (kesehatan rohani). buku ini menjelaskan kesehatan rohani dan penjagaannya. Kitab ini merupakan filsafat akhlak terpenting yang bertujuan memperbaiki moral manusia.
2.      Pada abad ke-4 H, Ali bin Ahmad Al-Kufi menulis kitab AL-Adab dan Makarim Al-Akhlaq. Pada abad ini dikenal pula tokoh Abu Nashr Al-Farabi yang melakukan penyelidikan tentang akhlak. Demikian juga Ikhwan Ash-Shafa dalam Rasa’il-nya, dan Ibnu Sina (370-428 H)
3.      Pada abad ke-5 H, Ibnu Maskawaih (421 H) menulis kitab Tahdzib Al-Akhlaq wa Thath-hir Al-A’araq dan Adab Al-‘Arab wa AL-Furs. Kitab ini merupakan uraian suatu aliran akhlak yang sebagian materinya berasal dari konsep-konsep akhlak dari Plato dan Aristoteles yang diramu dengan ajaran serta hukum Islam serta diperkaya dengan pengalaman hidup penulis dan situasi zamannya.
4.      Pada abad ke-6 H, Warram bin Abi Al-Fawaris menulis kitab Tanbih Al-Khathir wa Nuzhah An-Nazhir.
5.      Pada abad ke-7 H, Syekh Khawajah Nashir At-Thusi menulis kitabAl-Akhlaq An-Nashiriyyah wa Awshaf Asy-Asyraf wa Adab Al-Muta’allimin.
Pada abad-abad sesudahnya dikenal beberapa kitab, seperti Irsyad Ad-Dailami, Mashabih Al-Qulub karya Asy-Syairazi, Makarim Al-Akhlaq karya Hasan  bin Amin Ad-Din, Al-Adab Ad-Diniyyah karya Amin Ad-Din Ath-Thabarsi, dan Bihar Al-Anwar.

C.    AKHLAK PADA ZAMAN BARU
Pada akhir abad ke-15 Masehi,  Eropa mulai mengalami kebangkitan dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Para ahli bangsa Eropa termasuk Itali mulai meningkatkan kegiatan dalam bidang tersebut. Kehidupan mereka yang semula terikat pada dogma kristani, khayal dan mitos mulai digeser dengan memberikan peran yang lebih besar kepada kemampuan akal pikiran. Segala sesuatu yang kini dianggap mapan mulai diteliti, dikritik dan diperbaharui, hingga akhirnya mereka menerapkan pola bertindak dan berfikir secara liberal.
Diantara pembaharuan yang dilakuakan adalah dalam bidang akhlak, yang semula menentukan kadar baik buruk berdasarkan dogma gereja diganti dengan berdasarkan ilmu pengetahuan dan pengalaman empirik. Akhlak dibangun berdasarkan penyelidikan menurut kenyataan empirik, dan tidak berdasarkan gambaran khayal atau keyakinan yang terdapat dalam agama. Hal ini yang akhirnya melahirkan apa yang disebut etika dan moral yang berbasis pada pemikiran akal pikiran.
Tokoh-tokoh pemikir akhlak yang lahir pada abad baru ini diantaranya adalah :
1.      Descartes (1596-1650 M)
Pandangannya mengenai akhlak bersifat rasionalistik dan empirik. Ia tidak menerima sesuatu yang belum diperiksa oleh akal dan penelitian empirik. Dalam melakukan penelitian hendaknya dimulai dari yang sekecil-kecilnya dan semudah-mudahnya, lalu meningkat kearah yang lebih kompleks dan rumit agar lebih mudah dipecahkan. Segala sesuatu dapat diterima apabila telah lulus dari ujian dan penyelidikan tersebut. Segala sesuatu yang didasarkan pada sangkaan dan apa yang ditumbuhkan dari adat istiadat wajib ditolak.
2.      Shafesbury dan Hatshson
Keduanya memiliki pandangan akhlak yang bersifat antropocentris (mendasarkan diri pada kemampuan manusia. Keduanya mengatakan bahwa dalam diri manusia terdapat indra insting yang dapat mengetahui dengan sendirinya terhadap sesuatu yang baik atau jahat, indah dan buruk.
3.      Bentham (1748-1832 M) dan John Stuart Mill (1906-1873M)
Mereka merupakan tokoh yang banyak teerpengaruh pemikiran Epicurus dengan cara mengubahnya menjadi paham utilitarianism, yaitu paham yang semula didasarkan pada kebahagiaan yang bersifat individualistik kepada kebahagiaan yang bersifat universalistik.

Comments