Catatanku : Materi Ringkasan Ulumul Hadits

lihat juga http://berawal-dari-pesantren.simplesite.com/

Nama              : Ahm Ozy
No. Ujian        : 08
Np/Nimko      : 153
Mata ujian     : Ulumul Hadits
Jurusan          : Usuludin (IQT)
Semester         : 1
Dosen              : Lutfi Rahmatullah, S.Th.I, M.Hum

JAWABAN

1)      Hadits
Kata hadis secara etimologi (bahasa) berarti al-jadid (baru, antonim kata qadim), al-khabar yang berarti berita dan al-Qarib (dekat).
Pengertian Hadis Secara terminologi hadis adalah segala ucapan, perbuatan, ketetapan dan karakter Nabi Muhammad Saw setelah beliau diangkat menjadi Nabi.
Sunah
Sunnah secara etimologi adalah perbuatan atau perjalanan yang pernah dilalui baik yang tercela maupun yang terpuji.
Pengertian Sunah Secara terminologi sunnah mempunyai pengertian yang berbeda-beda, karena ulama memberikan pengertian sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing.
Menurut ahli hadits sunah adalah segala yang bersumber dari Nabi SAW. Baik berupa perkataan, budi pekerti, perjalanan hidup, baik sebelum diangkat menjadi Rosul maupun sesudahnya.

2)      Hadits
Hadis atau sunnah memberikan pengertian bahwa rawi mengutip hadis yang disandarkan kepada Rasulullah SAW (marfu‘).
Khabar
Khabar tidak hanya mencakup hadis marfu‘ saja tetapi juga mengakomodasi hadis mawquf (rawi hanya bersumber dari sahabat saja tidak sampai pada Rasulullah SAW). Bahkan juga yang hanya berhenti sampai tingkatan tabi‘in (maqtu‘) saja.
Atsar
Atsar oleh para muhadditsin lebih diidentikkan hanya pada hadis mawquf atau maqtu‘ saja.

3)      Sanad adalah yakni jalan yang dapat menghubungkan matan hadist kepada Nabi Muhammad SAW.
Matan adalah perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda nabi saw yang disebut sesudah habis disebutkan sanadnya.
Rawi adalah orang yang meriwayatkan atau yang memberitakan hadis dan memindahkan hadits.

4)      Peranan sanad pada dasarnya terbagi pada dua yaitu pada keamanan atau pemeliharaan matan hadist, dan utnuk penelitian kualitas hadist satu perasatu secara terperinci.

5)      Perkembangan hadis pada masa Nabi SAW
Para sahabat menerima hadits dari Rasul saw. ada kala langsung dari beliau sendiri, yakni mereka langsung mendengar sendiri dari Nabi, adakala tidak langsug yaitu mereka menerima sesama sahabat yang telah menerima dari Nabi, atau mereka menyuruh seseorang bertanya kepada Nabi, jika mereka sendiri malu untuk bertanya.
Perkembangan Hadits Pada Masa Sahabat
Pada masa sahabat ini perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan penyebaran Al-Qur’an, maka pernyataan hadits belum berkembang. Oleh karena itu, masa ini oleh para ulama dianggap sebagai masa yang menunjukkan adanya pembatasan periwayatan (al-tasabbut wa al-iqlal min al-riwayah).
Perbedaanya:
-          Pada masa rasul cara menyampaikan:
Tadarruj, Markaz at-ta’lim, Husn at-tarbiyah wa ta’lim, Tanwi’ wa taghyir, Tathbiq al-‘amali, Mura’ah al-mustawiyat al-mukhtalifah, Taisir wa’adam at-tasydid.
-          Pada masa sahabat cara menyampaikan:
Dengan lafaz asli atau disebut juga lafzhiyyah, Dengan makna (ma’nawi), Penulisan hadits pada masa Rasul SAW. Larangan dan perintah (membolehkan) menulis hadits.

6)      Pengertian At-Tahammul wa Al-‘Ada
At-tahamul adalah mengambil atau menerima hadits dari seorang guru dengan salah satu cara tertentu.
Al-‘Ada adalah sebuah proses mengajarkan (meriwayatkan) hadits dari seorang guru kepada muridnya.

7)      Hadits marfu’ adalah berita yang terangkat sampai kepada Rasulullah SAW. atau berita yang disandarkan kepada Nabi baik berupa perkataan, perbuatan, sifat dan persetujuan.
Hadits mauquf adalah berita yang disandarkan kepada sahabat atau berita yang diriwayatkan dari para sahabat yang berupa perkataan, perbuatan, atau taqrirnya.
Hadits maqthu’ adalah hadits yang diriwayatkan dari tabi’in berupa perkataan, perbuatan dan taqrirnya.

8)      Syarat-syarat hadits shahih:
1.      Sanad yg bersambung.
2.      Perawi yg adil.
3.      Kesempurnaan dhabth.
4.      Tidak syadz.
5.      Tidak ada illah.
9)      Hadits Shahih adalah hadits yang sanadnya bersambung dengan periwayatan yang adil, dhobit ( memiliki hafalan yang kuat) dari awal sampai akhir sanad dengan tanpa syadz dan tidak pula cacat.
Hadits Hasan adalah hadits yang sanadnya bersambung dengan periwayatan yang adil, hafalannya yang kurang dari awal sampai akhir sanad dengan tidak syad dan tidak pula cacat.
Hadits Dha’if adalah hadits yang sifat dari hadits hasan tidak tercangkup (terpenuhi) dengan cara hilangnya satu syarat dari syarat-syarat hadits hasan.
Hadits Maudu’ adalah hadits yang diciptakan dan dibuat-buat lalu dinisbatkan kepada rasulullah secara dusta.
Hadits Mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh banyak perawi pada setiap tingkatan sanadnya, yang menurut akal dan kebiasaan mereka tidak dimungkinkan untuk berdusta, dan dalam periwayatannya mereka bersandarkan pada panca indra.
Hadits Ahad adalah hadis yang diriwayatkan dari Rasullah saw oleh sejumlah orang, tetapi tidak sampai pada tingkat mutawatir, atau hadis yang tidak memenuhi syarat-syarat mutawatir.
Hadits Qauliyyah adalah perkataan nabi Muhammad SAW.
Hadits Fi’liyyah adalah perbuatan nabi Muhammad SAW.
Hadits Taqririyyah adalah keadaan nabi Muhammad SAW. mendiamkan tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau diperkatakan oleh para sahabat di hadapan beliau.

10)   
1.      Sanad
حدثني يعقوب بن ابراهيما حد ثنا هشئم احبرنا سيا رعنالشعبئ عن جبر بن عبد االه
2.      Matan
قل كنا مع النبي صلي الله عليه وسلم في  غزوة فلما قفلنا كنا قرئبنا من المدئنه تعجلت علي بعر لي قطؤ ف فلحقي  راكب من خلفنئي فنخس بعري بعنزة كانت معه فسار بعيري كاحسني ما انت راء من الابل فالتفت فاذا انا برسو ل لله صلي الله عليه وسلم فقلت يا رسول ا لله اني حد يث عهدي بعرس قل اتز و جت قلت نعم قل ابكرا ام ثيبا قل قلت بل ثىبا قل فهل بكر ا تلا عبها و تلا    عبك قل فلما قد منا ذهبنا لندخل فقل امهلوا حتي تدخلو اليلا اى عشاء لكي تمتشط الشعثة وتستحد المغيبة
3.      Rawi: Imam Bukhari, Ya’qub bin Ibrahim, Husyaim, Sayyar, As-Sya’bi, Jabir bin ‘Abdillah.
4.      Sanad pertama: Jabir bin ‘Abdillah.
Sanad terakhir: Ya’qub bin Ibrahim.
5.      Rawi pertama: Jabir bin ‘Abdillah.
Rawi kedua: Imam Bukhari.
6.      Cara menerima hadits tersebut ialah melalui berita dari seorang guru.
7.      Imam Bukhari.



Comments

Post a Comment