KONSEP
TAKDIR DALAM MENINGKATAN KUALITAS
SUMBER
DAYA MANUSIA
Disusun
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam
Dosen
Pembimbing : Cucum Novianti, S.Ag.M.A
Disusun
oleh :
Kelompok
5
1. Moh
zaeni 5.
Inna Ratnasari
2.
Fuad Hasyim 6.
Praptiningsih R
3.
Fajar Misbahudin 7. Munajat
4. Fatih
Azmi Baihaqi
Kelas/semester
: Ekonomi Syari’ah – Ahwal Al Syakhsiyyah / I
Fakultas Syari’ah
INSTITUT AGAMA ISLAM
NAHDLATUL ULAMA
(IAINU) KEBUMEN TAHUN
2014
Jl.Tentara Pelajar No.
55 B Kebumen 54312
►► Telp/Fax : (0287)
385902
►► website : www.iainukebumen.ac.id
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahim
Segala
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan taufik dan
hidayahNya, sehingga sampai saat ini kami masih diberikan kenikmatan yang
sangat melimpah diantaranya adalah kenikmatan iman dan islam. Salawat beriring
salam kami haturkan kepada suri tauladan kita, sosok kebanggaan umat muslim
sedunia Rasulullah Muhammad SAW biqouli Allahumma Sholi’ala Sayyidina Muhammad.
Semoga kita akan mendapatkan syafaatnya di yaumul akhir nanti. Amin.
Ibu Dosen
Pembimbing dan Sahabat/I yang kami hormati, kami mengucapkan terima kasih
karena telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kalam dengan
judul “Konsep Takdir dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia”. Menyusun
makalah bagi kami bukanlah hanya sekedar menggugurkan tanggung jawab dalam
menjalankan tugas yang diberikan dari dosen, melainkan sebuah proses
pembelajaran bagi kami untuk menjadikan predikat mahasiswa yang kami sandang
tidak hanya sekedar predikat. Tetapi
kita mampu membuktikan kepada masyarakat khususnya bahwa mahasiswa adalah
sosok yang kritis, aktif, inovatif, kreatif serta mampu memberikan manfaat bagi
masyarakat sekitarnya. Untuk itu, penyusunan makalah adalah salah satu jalan
menuju mahasiswa yang berkualitas tersebut.
Dalam penyusunan
makalah ini, tentu saja kami banyak melakukan kesalahan. Untuk itu, kami
mengharap kritik dan saran dari Dosen Pembimbing dan Sahabat/I supaya nanti
dalam penyusunan makalah berikutnya akan lebih baik.
Demikian kata pengantar dari kami,
semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua terutama mahasiswa/i IAINU,
agar menjadi mahasiswa yang berkualitas. Amin.
Wassalamu’aliakum
Warahmatullahi Wabarakatuh
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................
1
KATA PENGANTAR.............................................................................
2
DAFTAR ISI...........................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................
4
B. Tujuan Penulisan...........................................................................
4
C. Rumusan Masalah.........................................................................
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Takdir...........................................................................
6
B. Perbedaan Takdir...........................................................................
6
C. Konsep Takdir .............................................................................. 7
D. Konsep Takdir Menurut Beberapa Aliran..................................... 9
E. Konsep Takdir Dalam Meningkatkan Kualitas SDM.................... 10
F. Pengaruh Takdir Dalam Meningkatkan Kualitas SDM.................. 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 11
B. Kritik Dan Saran............................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 12
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Takdir adalah suatu ketetapan Allah akan garis kehidupan
seseorang. Setiap orang lahir lengkap dengan skenario perjalanan kehidupan dari
awal hingga akhir yang tercatat dalam kitab induk. Namun pemahaman seperti ini
belum lengkap, karena dengan hanya memahami saja dapat menjadikan seseorang
bingung dalam menjalani takdir dan menyikapinya.
Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan
kelemahan dirinya. Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan itu
adalah manusia tidak mengetahui akan takdirnya sendiri. manusia tidak tahu apa
yang sebenarnya akan terjadi. Kemampuan befikirnya mungkin mamapu membawa
kepada perencanaan yang baik, namun realisasinya kadang tidak seperti yang
diharapkan. Manusia hanya tahu takdirnya setelah terjadi. Oleh sebab itu,sekiranya
manusia menginginkan perubahan dalam kehidupannya di dunia, maka Allah
memerintahkan untuk selalu berusaha dan berdoa. Usaha perubahan yang dilakukan itu, kalau
berhasil maka Allah melarang untuk
terlalu bahagia karena merasa berhasil atas karyanya sendiri. Bahkan apabila
usaha itu gagal, Allah juga melarang untuk terlalu bersedih apalagi menganggap
dirinya sumber kegagalan, karena Allah juga menganggap itu suatu kesombongan
yang dilarang juga. (QS Al-Hadiid 57:23 )
Dan
bagaimana konsep takdir mampu meningkatkan SDM. Hal ini akn dibahas pada
makalah yang berjudul “Konsep Takdir dalam Meningkatkan Kualitas SDM”
B. Tujuan
Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini, selain untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ilmu Kalam juga untuk memberi penjelasan kepada pembaca mengenai
konsep takdir yang benar sehingga nantinya pembaca dapat menyikapi takdir yang
ada , dan tidak terjebak pada pemikiran yang sempit sehingga akan menjadi
motivasi dalam hidup untuk terus berusaha dan meningkatkan kualitas diri.
C. Rumusan
Masalah
Dalam penulisan makalah ini perlu adanya pembatasan masalah
yang akan dibahas agar sesuai dengan tujuan penulisan, diantaranya sebagai
berikut :
·
Apakah
Pengertian Takdir
·
Beberapa
Perbedaan Takdir
·
Konsep
Takdir
·
Konsep
Takdir menurut aliran Qodariyah, Jabariyah dan Ahlussunah Waljama’ah
·
Konsep
Takdir dalam meningkatkan Kualitas SDM
·
Pengaruh
Takdir dalam meningkatkan Kualitas SDM.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Takdir
Takdir berasal dari kata qaddara yang
terambil dari akar kata qadara yang artinya mengukur, memberi kadar/ukuran. Dan secara
istilah, takdir adalah suatu ketetapan Allah akan garis kehidupan seseorang.
Dalam
Al Qur’an disebutkan berkali-kali tentang masalah takdir, diantaranya seperti:
v
QS.
Ar-Ra’d : 8
“Dan segala sesuatu
disisi Tuhan adalah dengan ketentuan takdir”
v
QS
Al-Hijr : 21
“Dan tidak ada
sesuatu apapun, melainkan disisi Kamilah perbendaharaan dan Kami turunkan itu
dengan takdir yang dipastikan”.
Dari ayat-ayat yang tertera di atas dapat disimpulkan
maksud dan makna kadar atau takdir itu ialah suatu peraturan yang tertentu yang
telah dibuat oleh Allah SWT untuk segala y ang ada dalam alam semesta yang
maujud ini. Jadi peraturan-peraturan tersebut merupakan undang-undang umum atau
kepastian yang diikatkan didalamnya
antara sebab dan musababnya, juga antara sebab dan akibatnya.
Kata
takdir selalu dikaitkan dengan qadha dan qadar.
B.
Perbedaan Takdir
Takdir
bisa dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.
Takdir
dalam ilmu Allah yang azali
Allah telah mengetahui sesuatu yang akan terjadi di dunia
dan di akhirat. Tiada satupun yang tersembunyi bagi Allah, sekalipun hal itu
belum terjadi. Semuanya telah diketahui Allah sejak zaman azali. Tidak lain dan
tidk bukan karena Allah yang menentukan semua itu. Inilah yang dinamakan takdir
dalam ilmu Allah SWT. Sesuai dengan firman Allah: “......dan Dia maha mengetahui
sesuatu” (QS Al Baqarah: 29)
Para ahli tauhid salaf maupu khalaf, dari kalangan Ahlussunah
Waljama’ah bersepakat (ijma’) bahwa barang siapa mengingkari atau tidak
mengikuti ilmu Allah berarti kafir. Takdir dalam ilmu Allah tersebut tidak akan
berubah dan tidak bisa dirubah oleh siapapun, sehingga disebut Qadha Mubran
atau takdir yang pasti.
2.
Takdir
yang tertulis dalam Lauhul Mahfudz
Seperti diterangkan oleh Ibnu Abbas ra, bahwa Allah
menciptakan qalam (pena). Kemudian Allah berfirman kepadanya (pena):
“tulislah!”. Maka pena itu menuliskan sesuatu yang akan terjadi sampai hari
kiamat di Lauhul Mahfudz (papan tulis yang terpelihara). Takdir yang tertulis
dalam Lauhul Mahfudz masih bisa berubah karena yang tertulis disitu ada yang
sudah menjadi keputusan final, dan ada yang belum. Yang belum menjadi keputusan
final dinamakan mu’allaq. Sehubungan hal itu, Allah berfirman: “Allah
menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa pula yang Dia
kehendaki)”.(QS Ar-Ra’d 13:39)
Adapun takdir yang tertulis dalam Lauhul Mahfudz hanya bisa
berubah lantaran dua sebab :
¨
Doa
Nabi
Muhammad SAW bersabda yang artinya: “tidak
ada yang bisa menolak takdir selain berdoa, dan tidak ada yang bisa
memperpanjang umur kecuai berbuat kebaikan. (HR.Turmudzi)
¨
Berbuat
Kebaikan
Salah
satu bentuk berbuat baik adalah silaturahmi, dengan itupun bisa merubah takdir.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya : ”Barang
siapa yang menyayangi banyak rizki dan berumur panjang, hendaklah memperbanyak
hubungan silaturahmi. (HR.Bukhori Muslim)
Hadist tersebut tidak bertentangan dengan ayat Allah yang tercantum
dalam surat An-Nahl : 61, yang mengatakan bahwa datangnya kematian seseorang
tidak akan mundur dan maju barang sedikitpun. Sebab, ajal dalam ayat itu
maksudnya ajal akan ditakdirkan dalam ilmu Allah yang tidak mungkin menerima
perubahan. Sedangkan yang dimaksud dalam hadist di atas adalah yang tertulis di
Lauhul Mahfudz, yang diketahui malaikat dan masih mungkin berubah, demikian
menurut Ibnu Hajar Al-Asqalani.
C.
Konsep Takdir
Islam mengenal takdir dengan sebutan
qadha dan qadar, qadha adalah kehendak Allah yang azali menciptakan sesuatu
dalam bentuk tertentu (qadha) kemudian Allah menjadikannya dalam wujud nyata
yang konkret sesuai dengan kehendak yang azali itu (qadar). Jadi secara singkat
qadha adalah pelaksanaanya dalam tataran opersional yang dipilih oleh manusia untuk
selanjutnya menemuai qadarnya dan akhirnya menentukan nilai dari amal
perbuatannya.
Imam
Al-Khaththabi berkata : “Banyak orang yang mengira bahwa arti qadha dan qadar
adalah adalah pemaksaan yang dilaksanakan oleh Allah kepada hambaNya untuk
mengikuti apa saja yang digariskan menurut ketentuan dan keputusanNya. Padahal
sebenarnya tidaklah demikian dan salah sekali apa yang mereka sangkakan itu.
Yang benar adalah bahwa arti takdir itu
adalah suatu pemberitahuan
mengenai telah diketahuinya oleh Allah SWT perihal apa yang ada dalam perbuatan setiap orang yang berupa
apapun.
Takdir memiliki empat tingkatan, yaitu :
a. Al-‘Ilmu,
bahwa seseorang harus meyakini
bahwa Allah mengetahui segala sesuatu baik secara global maupun terperinci. Dia
mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi. Karena segala
sesuatu diketahui oleh Allah sebagaimana dalam firmanNya dalam Surat Al-An’am :
59 yang artinya:
“dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua yang ghoib, tidak
ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di
daratan dan di lautan, dan tidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia
mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir bijipun dalm kegelapan bumi, dan tidak
sesuatu yang basah atau yang kering meainkan tertulis dalam kitab yang nyata”.
b. Al-Kitabah,
bahwa Allah mencatat semua itu
dalam Lauhul Mahfudz, sebagaimana firmanNya:
”Apakah kamu tidak
mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan
di bumi, bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab .
sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah”.(QS Al-Hajj: 70)
c.
Al-Masyiah (kehendak), kehendak Allah itu bersifat umum. Bahwa tidak ada
sesuatupun di langit maupun di bumi melainkan terjadi dengan kehendak Allah seperti dalam firmanNya:
“sesungguhnya keadaanNya apabila Dia menghendaki sesuatu
hanyalah berkata kepadanya : “jadilah” maka terjadialh ia”.(QS Yasin : 82)
d.
Al-Khalqu, bahwa
tidak sesuatupun di langit dan di bumi melainkan Allah penciptanya, pemiliknya,
pengaturnya dan menguasainya seperti dalam firmanNya :
“sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab dengan
kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya”.(QS
Az-Zumar : 2)
D.
Konsep Takdir Menurut
Beberapa Aliran
Ø
Aliran
Qodariyah
Menurut aliran Qodariyah manusia memiliki kebebasan dan
kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-perbuatannya. Nama Qodariyah
berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan, dalam
istilah Inggrisnya dikenal dengan istilan free
will dan free act. Dalam paham
ini manusia merdeka dalam tingkah lakunya. Ia berbuat baik adalah atas kemauan
dan kehendaknya sediri tanpa adanya campur tangan Tuhan. Disini tidak terdapat
paham yang mengatakan bahwa takdir manusia telah ditentukan terlebih dahulu,
dan bahwa manusia dalam perbuatan-perbuatannya hanya bertindak menurut nasibnya
yang telah ditentukan semenjak azal.
Ø
Aliran
Jabariyah
Aliran jabariyah berpendapat sebaliknya. Manusia tidak
memiliki kemerdekaan dalam menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam
paham ini terkait pada kehendak mutlak Tuhan. Jabariyah berasal dari kata jabara
yang mengandung arti memaksa. Dalam istilah Inggris dikenal dengan paham fantalism atau predestination. Perbuatan-perbuatan manusia telah ditentukan dari
semula oleh Qadha dan Qadar Tuhan.
Ø
Aliran
Ahlussunah Waljama’ah
Golongan ini mengatakan bahwa Allah telah menetapkan nasib
dan takdir seseorang, namun manusia tetap dituntut untuk berupaya semaksimal
mungkin untuk berubah dari kondisinya, dan perubahan itu bisa diupayakan atas
kuasa Ilahi dan ridho dariNya meskipun nasib dan suratan takdir telah tertulis.
Dalam aliran Ahlussunah Waljama’ah terdapat aliran Asy’ariyah yang bersikap
tengah-tengah antara pendapat Qodariyah dan Jabariyah.
Dari ketiga aliran tersebut dapat kita
ambil kesimpulan bahwa manusia tetap dituntut untuk berusaha seoptimal mungkin
untuk mencapai kehidupan yang baik, baik untuk dunia maupun akhirat dengan
seimbang tanpa melupakan sisi pasrah dan tawakkal terhadap Tuhan. Namun perlu
digaris bawahi bahwa pasrah disini bukan berarti bersikap fatalis yang hanya
menunggu perubahan dari Allah atau melakukan sesuatu yang irasional. Ada sisi
upaya manusia dan interprestasi Tuhan untuk menetapkan sesuatu terjadi atau
tidak, semua tergantung dari optimalisasi usaha manusia dan keridhaan Ilahi.
Seperti dalam firman Allah yang artinya: “......sesungguhnya Allah tidak akan
merubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka merubah keadaan diri mereka
sendiri.”(QS Ar-Ra’d 13:11)
E.
Konsep Takdir dalam
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia
Konsep takdir dalam hal ini dapat dilakukan dengan cara
ikhtiar. Di dunia, manusia diwajibkan berikhtiar dan berusaha untuk mencapai
segala sesuatu yang dicita-citakan demi kebahagaan dunia dan akhirat. Meskipun
kita telah percaya dan benar-benar yakin bahwa semua ketentuan datangnya dari
Allah, namun agar lepas dari ketentuan jelek dan buruk, serta berjuang hanya
mendapatkan ketentuan baik saja.
Dengan demikian, setiap mukmin harus berusaha keras agar
tidak jatuh miskin, giat belajar agar menjadi orang yang berilmu dan bermanfaat
bagi orang lain, menjaga kesehatan agar tidak sakit dan lain sebagainya. Sebab
kita tidak mengetahui takdir mana yang kita perlukan, sehingga setiap mukmin
tidak dibenarkan berdiam diri dan pasrah terhadap takdir tanpa adanya usaha
untuk merubahnya. Firman Allah : “Allah
tidak akan merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaanya
sendiri”. Jadi jelas bahwa Allah memerintahkan kita untuk berikhtiar dan
bertawakkal kepada Allah dengan mengharap ridhaNya.
F.
Pengaruh Takdir dalam
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia
Pengaruhnya
antara lain sebagai berikut :
1. Takdir merupakan suatu sebab yang membuat seseorang menjadi
bersemangat dalm beramal dan berusaha
untuk mencapai keridhaan Allah.
2. Manusia akan mengetahui kemampuan dirinya, sehingga dia
tidak sombong, bangga atau ti nggi hati.
3. Bisa menumbuhkan kebeanian hati untuk menghadapi berbagai
tantanganserta menguatkan keinginan di dalamnya.
BAB III
A. KESIMPULAN
Takdir adalah
pengetahuan abadi kepunyaan Allah, Dia yang memahami waktu sebagai kejadian
tunggal dan Dia yang meliputi keseluruhan ruang dan waktu. Bagi Allah,
segalanya sudah ditentukan dan sudah selesai dalam sebuah takdir. Berdasarkan
yang diungkapkan dalam Al Quran, kita juga dapat memahami bahwa waktu bersifat
tunggal bagi Allah kejadian yang bagi kita terjadi di masa mendatang,
digambarkan dalam Al Quran sebagai kejadian yang telah lama berlalu.
Peristiwa-peristiwa
yang terjadi di alam raya ini, dan sisi kejadiannya, dalam kadar atau ukuran
tertentu, pada tempat dan waktu tertantu, itulah yang disebut takdir.
Peristiwa-peristiwa tersebut berada dalam pengetahuan dan ketentuan Allah, yang
keduanya menurut sementara ulama dapat disimpulkan dalam istilah sunatullah.
Manusia mempunyai
keampuan terbatas sesuai dengan ukuran yang diberikan Allah kepadanya. Mahluk
ini misalnya tidak dapat terbang, ini merupakan salah satu ukuran yang
dianugerahkan Allah kepadanya.
Oleh sebab itu, sekiranya manusia
menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidup di dunia ini,
diperintahkan untuk berusaha dan berdoa unruk merubahnya.
B. KRITIK
DAN SARAN
Dalam penulisan makalah ini, pastinya masih banyak terdapat
kekurangan. Untuk itu, kami memohon kritik dan saran yang membangun supaya
dalam penulisan makalah berikutnya dapat kami lakukan dengan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Program Internet, konsep takdir.blogspot.com
Sayid sabiq, Akidah Islam. Diponegoro Bandung. 2001
DR.Ahmad Daudy, Kuliah Aqidah Islam, Bulan Bintang. 1997
Harun Nasution, Teologi Islam, Iui-
Comments
Post a Comment