Gagasan Islam Nusantara Sebagai Inspirasi
Peradaban Dunia
“PILIH JIHAD FI
SABILILLAH ATAUKAH JIHAD FI
SABILISSANGIT”
Oleh :
Ahmad Fauzi
LEMBAR
ORISINALITAS KARYA
KOMPETISI ESAI PBNU 2016
1.
|
Nama Lengkap
|
:
|
Ahmad Fauzi
|
2.
|
Jenis Kelamin
|
:
|
Laki-laki
|
3.
|
Tempat dan Tanggal Lahir
|
:
|
Kebumen, 12
Agustus 1995
|
4.
|
Alamat Domisili
|
:
|
Komplek Pon-Pes
Al Istiqomah Tanjungsari Petanahan Kebumen
|
5.
|
Telp. Rumah / HP
|
:
|
085 743 509 531
|
6.
|
Alamat Email
|
:
|
|
7.
|
Facebook
|
:
|
Ahm Ozy
Syekhermania K’boeementt
|
8.
|
Twitter
|
:
|
@Maz_Ozzi
|
9.
|
Website
|
:
|
|
10.
|
Judul Esai
|
:
|
Pilih Jihad Fi Sabilillah Ataukah Jihad Fi Sabilissangit
|
Dengan ini saya menyatakan bahwa naskah esai yang saya kirimkan
betul-betul karya saya, tidak menjiplak (plagiat), belum pernah diterbitkan,
dan belum pernah diikutsertakan dalam lomba lainnya. Apabila di
kemudian hari terbukti naskah esai ini tidak sesuai dengan peraturan Kompetisi
Esai PBNU 2016, maka saya siap
didisfikualikasi dari peserta lomba.
Demikian surat pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Kebumen, 25 Maret
2016
Pembuat
pernyataan,
Ahmad
Fauzi
Rangkuman:
Agama adalah tatanan aturan untuk menuntun dan
mengarahkan umat manusia menuju lembah kebahagiaan di dunia dan akhirat. Agama
juga merupakan sebuah pilihan di mana ada kemungkinan kehidupan dan kematian.
Adapun agama Islam yang menerapkan prinsip rahmatan
lil ‘alamin adalah sebuah bukti bahwa agama Islam tidak pernah mengajarkan
kekerasan dan perpecahan.
Namun belakangan ini, banyak sekali umat Islam
yang salah jalan. Banyak sekali yang salah pilihan dalam memilih antara
kehidupan dan kematian, atau istilah keren-nya antara jihad fi sabilillah dan jihad fi sabillissangit (gosong). Untuk
menjadi pemilih yang cerdas tentu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Misal halnya bagaimana sikap kita dalam memposisikan Rasululloh dan sikap kita
dalam meneladaninya. Dalam hal ini umat Islam harus mempunyai trobosan baru
dalam menterjemahkan fakta-fakta yang terjadi, dengan harapan Islam bisa tumbuh
berkembang dengan sempurna tanpa ada kecacatan sedikitpun.
Tidak kalah penting, umat Islam juga harus
menjunjung tinggi sikap toleransi dalam ber-Agama. Karena hanya dengan sikap
itulah kehidupan akan terasa damai, walaupun keperbedaan Agama begitu variatif.
Di sisi lain pemerintah juga harus bisa menerapkan system keadilan yang
sebenar-benarnya. Karena tanpa keadilan yang jelas pun akan memicu konflik
antar umat ber-Agama
“PILIH JIHAD FI
SABILILLAH ATAU JIHAD FI SABILISSANGIT???”
OLEH : AHMAD FAUZI
Saya analogikan agama islam adalah seorang manusia yang sempurna tanpa
cacat sedikitpun. Manusia yang hidup sesuai khittahnya sebagai insan di muka
bumi ini, untuk dapat menjalanan aturan-aturan di mana manusia tersebut berada,
tentunya dengan anugrah kesempurnaan dirinya. Seorang manusia
yang sempurna adalah manusia yang dapat memanfaatkan anggota tubuhnya untuk
memilih dan mengarahkan dirinya pada keselamatan dan kebahagiaan. Begitupun
agama Islam yang sempurna adalah agama Islam yang dapat memberikan arahan kepada
umatnya untuk mencapi keselamatan dan kebahagiaan di dunia kelak sampai
diakhirat.
Islam bukanlah seorang manusia yang mati, yang selanjutnya di semayamkan
dalam kegelap gulitaan tanpa jejak. Saya mengamati keadaan sekarang, bahwa
kecenderungan untuk mematikan Islam sangatlah tampak jelas. Sudah seharusnya
gerakan anti kematian itu dikumandangkan untuk mengubah cara pandang atau
paradigma kecenderungan yang kian marak ini.
Saya utarakan sepercik hasil pemikiran di bawah ini, sebagai salah satu
wujud paling sederhana menurut dengan harapan untuk memberikan pilihan tepat
dan bijak agar kita dapat menjadi pemilih yang cerdas. Pilih kehidupan ataukah
pilih kematian?, karena belakangan ini banyak sekali yang salah pilih antara jihad
fi sabilillah dengan jihad fi sabilissangit(gosong). Islam yang
disuguhkan dengan pemahaman tersebut sangatlah berbahaya untuk kemaslahatan
umat Islam itu sendiri.
Solusi paling tepat dan bijak untuk mencapai Islam hakiki adalah dengan
pemahaman atau doktin dalam memahami dan menafsirkan kehidupan Islam.
Pandai-pandainya kita dalam memilih antara kehidupan dan kematian. Adapun untuk
mencapai hal tersebut, kita perlu memperhatikan beberapa hal;
Pertama, Pemahaman dalam penafsiran
Islam yang sesuai aturan, sesuai dasar, dan sepaham dengan cara hidup yang kian
variatif dan selalu berubah.
Kedua, pemahaman dan penafsiran
Islam yang dapat membedakan nilai-nilai yang ada di dalamnya, yang merupakan
penerapan nilai-nilai budaya dan yang merupakan nilai-nilai aslinya. Tentunya
kita harus bisa memilih dan membedakan mana yang sebenarnya korelasi budaya dan
mana yang memang benar-benar nilai ajaran Islam. Sudah kita
ketahui bahwa Islam itu rahmatan lil alamin, dalam hal ini sudah jelas
bahwa Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan, yang ada hanyalah perdamaian
atau sering kita kenal dengan memanusiakan manusia. Nilai-nilai yang terkandung
dalam Islam harus dipahami dan diterjemahkan dengan aspek-aspek Islam yang
merupakan cerminan dari budaya-budaya yang ada. Berhubung hal itu hanya ekspresi
budaya maka kita tidak diwajibkan untuk mengikutinya, cukuplah kita
meneladaninya. Yang wajib kita ikuti adalah nilai-nilai yang terkandung dalam
budaya tersebut. Misal halnya dalam hal pakaian berjubah yang diterapkan orang
Arab dan Timur tengah, pada intinya berjubah adalah mengenakan pakaian yang
memenuhi standart kepantasan umum yaitu menutupi aurat dan dalam hal in
tentunya bersifat fleksibel dan berkembang sesuai dengan zaman-nya. Begitupun
hal-hal yang lain.
Ketiga, Umat Islam seharusnya
tidak memandang dirinya sebagai umat yang berbeda dengan golongan lain, dalam
arti harus tetap bersatu-padu walaupun berbeda
keyakinan. Itupun kalau kita merasa bahwa kita adalah warga Negara yang baik,
ko bisa begitu?, ya karena semua itu sudah jelas tercantum dalam Ideologi
Bangsa kita, yaitu Pancasila(Ketuhanan Yang Maha Esa).
Keempat, Kita membutuhkan
struktural sosial yang dengan jelas membedakan di mana kita harus menerapkan
kekuasaan agama dan di mana kita harus menerapkan kekuasaan politik. Agama
adalah urusan tersendiri yang tidak bisa dicampur adukan dengan urusan yang
lain “dalam hal ubudiah”. Tidak seharusnya hanya karena politik
sampai-sampai kita berani mengatasnamakan agama. Justru hal tersebut hanya akan
merusak nilai-nilai agama itu sendiri. Nilai-nilai agama tentu diharapkan ikut
andil dalam membentuk nilai-nilai politik, tetapi doktrin dan praktik
peribadatan yang sifatnya aqidah adalah urusan agama masing-masing. Misalnya,
dalam hal memposisikan Rosulullah SAW dalam konteks seperti ini, menurut saya sudah
jelas bahwa Rosulullah adalah seorang tokoh histories yang harus dikaji dengan
kritis, sehingga tidak hanya menjadi mitos dan mitos sejarah belaka, yang hanya
dikagumi saja, tanpa memandang aspek-aspek beliau yang juga hanya sebatas
manusia biasa seperti kita. Namun, tidak berarti setelah kita mengetahui
kekurangan Rasulullah, terus seenaknya kita merasa lebih hebat dari beliau,
karena saya yakin kita sangatlah lebih hina dari beliau. Tetaplah beliau khotamun nabiyyina, akhir para Nabi, dan
tidak akan pernah ada lagi Nabi setelah Beliau, toh ada yang mengaku sebagai Nabi,
itu hanyalah orang-orang gila yang tidak seharusnya kita ikuti.
Kemudian, bagaimana dalam hal mengikuti Beliau?, dalam hal ini sayapun
mempunyai perbedaan dengan pandangan pada umumnya. Dalam pemahaman Islam
konteks sosial-politik masa pemerintahan Rasulullah di Madinah tentu kalau kita
telaah sangatlah banyak keterbatasan, memang Beliau berhasil menterjemahkan
cita-cita sosial dan spiritual Islam di Madinah. Namun dalam hal ini kita tidak
diwajibkan untuk mengikutinya, ko begitu?, karena jelas kita tidak akan mampu
seperti Beliau, Beliau kan Rasul, lah kita apa???.
Umat Islam harus mempunyai trobosan baru dalam menterjemahkan nilai-nilai
itu dalam konteks kehidupan mereka sendiri. Islamnya Rasul di Madinah adalah
salah satu bukti yang metode penyebaran Islam melalui jalan peperangan, yang
mana jelas masa itu tidak bisa bertahan lama. Di sisi lain juga dibuktikan di Negara
Islam Timur tengah dan wilayah Eropa. Apakah bisa bertahan lama?, tentu tidak
bukan. Namun, berbeda ketika Islam masuk dengan jalan damai seperti di
Indonesia tercinta ini, hasilnya adalah berhasil tumbuh berkembang dan subur
100%.
Oleh karena itu, umat Islam tidak seharusnya berhenti dengan mengambil
sample atau contoh di Madinah dan Timur tengah saja, sebab kehidupan manusia
teruslah bergerak menuju perubahan yang lebih baik. Bagi saya, wahyu memang
turun pada masa Nabi, namun yang hidayah penyempurnaan Wahyu tetap turun pada
zaman sekarang. Terbukti, dengan adanya temuan-temuan besar dalam sejarah
manusia adalah sebagai usaha dalam perubahan yang lebih baik, karena temuan–temuan
itu dilahirkan lewat akal manusia yang merupakan anugrah Tuhan Yang Maha Kuasa.
Oleh karena itu, seluruh karya cipta manusia, tidak peduli apa Agamanya adalah
milik orang Islam juga, dalam hal ini tidak ada gunanya ketika orang Islam
membuat sekat pembatas antara peradaban Islam dan Peradaban Barat, namun hal
ini tidak berlaku ketika yang dikorelasi adalah masalah akidah dan ubudiyyah.
Umat Islam harus menyadari, bahwa suatu pemahaman penafsiran Islam oleh
golongan tertentu bukanlah yang paling benar dan mutlak. Oleh karena itu, harus
ada sikap toleransi untuk menerima dari semua sumber kebenaran. Termasuk yang
datangnya dari luar Islam. Setiap golongan hendaknya menghargai hak golongan
lain untuk menafsirkan Islam berdasakan sudut pandangnya sendiri, dan yang perlu
dilawan adalah setiap usaha untuk memutlakan pandangan keagamaan tertentu,
itupun harus dengan jalan damai. Karena, Islam selalu dan selalu ajarkan
perdamaian. Ketika perlawanan dengan jalan kekerasan jelaslah itu bukan
merupakan ajaran Islam yang patut kita ikuti.
Amatlah konyol ketika umat manusia bertikai karena perbedaan pemahaman.
Sementara mereka lupa akan takdir yang ada pada dirinya. Bukankah manusia itu
ditakirkan untuk tempatnya salah dan lupa?. Jadi, menurut saya, hadapilah semua itu dengan suasana happy dan riang, tidak perlu disikapi
dengan ketegangan. Memang ada masa di mana umat beragama menganggap pemahaman
mereka yang paling benar dan mutlak, lalu secara otomatis
pertikaianpun bermunculan karena hal tersebut. Namun pertikaian seperti itu
tidak layak lagi kalau kita pertahankan. Meresponpun seharusnya tidak.
Ketinggalan zaman kali*_*.
Salah satu musuh agama adalah ketidakadilan. Nilai yang diutamakan Islam
adalah keadilan. Salah satu misi Islam yang saya anggap paling penting sekarang
adalah bagaimana menegakan keadilan?, namun bukankah tidak selamanya keadilan
dapat dinilai dengan kesamaan, tentu akan rusak yang terjadi kalau yang
diterapkan seperti itu. Keadilan tidak bisa hanya didiskusikan, namun harus
diwujudkan dlam sebuah system atau aturan main, undang-undang dan yang terakhir
diwujudkan dalam perbuatan. Sudah tentu dengan adanya sebuah hukum adalah untuk
menuju keadilan.
Kemudian, musuh Islam yang berbahaya sekarang ini adalah anggapan
dogmatisme, yaitu sejenis keyakinan yang tidak menerima perkembangan zaman.
Dalam hal ini mengabaikan bahwa kehidupan manusia selalu berkembang dan berubah
dari waktu ke waktu, tentunya dengan tujuan yang lebih baik. Oleh karena itu,
umat Islam harus bisa menjawab semua itu, harus pintar-pintar dan cerdik dalam
menentukan pilihan, mana yang arahnya kehidupan dan mana yang arahnya kematian.
Agama adalah suatu kebaikan bagi umat manusia. Karena manusia yang
sempurna adalah sebuah kehidupan yang terus berkembang, maka agama juga harus
bisa mengembangkan diri sesuai dengan kebutuhan manusia itu sendiri. Misal halnya,
jika Islam dikaitkan kepada suatu penafsiran yang justru berlawanan dengan
kemaslahatan kehidupan manusia itu sendiri atau malah mematikan kehidupan
manusia itu, maka sudahlah jelas yang semacam ini adalah Agama yang sesat dan
jelas pula bahwa Agama tersebut tidak sesuai dengan khittahnya sebagai Agama.
Maka pintar-pintarlah dalam memilih dan memutuskan, apakah Islam yang hidup
ataukah Islam yang mati. Semua itu kembali pada diri kita masing-masing. Karena
yang akan menjalani adalah masing-masing dan yang menanggung dosapun
masing-masing. Namun tidak berarti pula kita cuek bebek seperti itu dalam hal
menyikapi permasalahan tersebut, sudah semestinya tanggung jawab kita bersama, entah itu
rakyat, entah itu pemerintah. Tentunya kita semua harus kompak dalam menangani
permasalahan yang vital ini, itupun jika memang kita
warga Negara yang baik.
Daftar bacaan
M. Din Syamsudin. 2000. Etika Agama
Dalam Membangun Masyarakat Madani. Jakarta: Logos.
Kamaruzzaman, Bustaman. 2002. ISLAM
HISTORIS Dinamika Studi Islam Di Indonesia. Yogyakarta: Galang Press.
Robert Jackson, dkk. 2013. Introduction to International Relations. New
York: Oxford University Press.
Zully Qodir. 2014. Radikalisme Agama
Di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
A. Qodri Azizy. 2004. MELAWAN
GLOBALISASI Reinterpretasi Ajaran Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jurnal Lakpesdam NU. 1999. Tashwirul
AFKAR. Jakarta: LAKPESDAM NU.
Ramdhon Ahmad. 2013. Memahami
Indonesia Kembali. Yogyakarta: Mata Padi Pressindo.
Manan Munafrizal. 2005. Pentas
Politik Indonesia Pasca Orde Baru. Yogyakarta: IRE Pess.
Hairus Salim. 2004. Kelompok Para
Militer Nu. Yogyakarta: LKis Pelangi Aksara.
Andi Muh,Darlis. 2012. KONFLIK
KOMUNAL : Sudi dan Rekonsilidasi Konflik Poso. Yogyakarta: Mata Padi
Pressindo.
Daryatno. 2012. MELAMPAUI BIOPOLITIK;
TEORI, KEKERASAN, DAN HOROR DALAM PERPOLITIKAN DUNIA. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
BIODATA PESERTA
KOMPETISI ESAI
PBNU TAHUN 2016
1
|
NAMA LENGKAP
|
:
|
AHMAD FAUZI
|
|
2
|
TEMPAT TANGGAL LAHIR
|
:
|
KEBUMEN, 12 AGUSTUS 1995
|
|
3
|
JENIS KELAMIN
|
:
|
LAKI-LAKI
|
|
4
|
ALAMAT LENGKAP RUMAH
|
:
|
RT.01, RW.03, DESA: SUGIHWARAS, KEC: ADIMULYO, KAB. KEBUMEN-JAWA
TENGAH-INDONESIA
|
|
5
|
ALAMAT DOMISILI
|
:
|
KOMPLEK PON-PES AL ISTIQOMAH TANJUNGSARI-PETANAHAN-KEBUMEN-JAWA
TENGAH-INDONESIA
|
|
6
|
NOMOR PONSEL/HP
|
:
|
085 743 509 531
|
|
7
|
EMAIL PRIBADI
|
:
|
Ahmozy12@gmail.com
|
|
8
|
RIWAYAT PENDIDIKAN
|
:
|
1.SDN ADILUHUR
2.SMP N 2 ADIMULYO
3.SMK KOMPUTER KARANGANYAR
4. IAINU KEBUMEN
|
Tahun : 2002-2007
Tahun : 2007-2010
Tahun : 2010-2013
Tahun : 2014-sekarang
|
9
|
JUDUL ESAI
|
:
|
Pilih Jihad Fi Sabililah Ataukah Jihad Fi Sabilissangit
|
|
|
Kebumen, 25 Maret 2016
Hormat
Saya,
AHMAD
FAUZI
Comments
Post a Comment